Yang Lebih Utama Menerima Masakan Aqiqah

Siapa yang lebih utama atau lebih berhak dalam menerima daging atau masakan aqiqah? Misal, jika ada orang tua yang berbeda pendapat antara suami dan istri terkait pelaksanaan aqiqah anak mereka. Sang suami inginnya daging aqiqah diberikan ke pihak panti asuhan dalam kondisi mentah lalu panti diberikan uang untuk memasak daging tersebut. Sementara sang istri mau nya sudah siap dimasak dan diberikan ke tetangga sekitar tempat tinggal mereka. Jadi, sebaiknya diberikan ke panti asuhan atau kasih ke tetangga?

Terkait, kasus yang dicontohkan di atas berikut jawaban dari Ustadz Syafiq Riza Basalamah yang mengambil dari perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang mengatakan semua yang dilahirkan tergadaikan dengan aqiqahnya sampai disembelih (hewan aqiqah). Sebagian ulama mengatakan, walaupun sudah tua tapi belum diaqiqahin berarti orang tersebut masih tergadaikan. Lalu, apa yang harus dilakukan? Tebus gadaian tersebut dengan seekor kambing. Jadi, jika ada seorang anak yang sudah berusia 4 tahun dan orang tua baru punya rezeki ya silahkan diaqiqahin. Kalo memang rezekinya ada jangan ditunda-tunda. Aqiqah itu merupakan ibadah menyembelih kambing. Untuk laki-laki dua ekor, untuk perempuan satu ekor. Bukan kegiatan makan, berbeda dengan walimatul nikah. Untuk aqiqah Nabi  shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh untuk menyembelih, jadi seperti qurban. Dimana hewannya, kalo domba minimal 6 bulan dan untuk kambing minimal 1 tahun. pembagiannya juga seperti qurban, boleh kalo 1/3 mau disimpan lalu 1/3 mau dibagikan, 1/3 mau disedekahkan atau mau dihadiahkan.

Diperbolehkan juga untuk bagi daging mentahnya, ngga harus dimasak. Itu mengapa dalam beragama kita harus punya ilmu sehingga kita tidak merasa berat dengan agama kita. Kalo hanya membeli kambing lalu dipotong seperti qurban Insya Allah ngga berat. Kan sunnanya (aqiqah) hari ketujuh, mengapa orang kadangkala melaksanakan aqiqah di hari ke-14, hari ke-20 atau kadangkala setelah sebulan atau dua bulan (setelah kelahiran anak). Padahal orang tersebut mampu (melaksanakan aqiqah) di hari ketujuh. Karena alasan ingin (aqiqahnya) dibuat acara, pengen mengundang orang jadi kehilangan sunnah. Sesuatu yang ringan jadi berat, ada juga yang beralasan kalo aqiqah dilakukan hari ketujuh, ibu dari anak yang aqiqah masih belum bisa menerima tamu karena baru melahirkan. Memangnya aqiqah harus menerima tamu? Ngga, tapi bagikan (daging hewan aqiqahnya). Kalo memang kondisi keuangannya lagi tidak mendukung untuk memasak hewan aqiqah. Tapi jika lagi ada rezeki lebih dan mau (hewan aqiqah) dimasak ya silahkan saja. 

Para ulama berbeda pendapat antara masak (hewan aqiqah) dengan mengundang orang atau masak (hewan aqiqah) lalu dibagikan ke orang, mana yang lebih utama? Ternyata lebih banyak (ulama) yang mengatakan lebih utama (masakan) dibagikan. Agar orang tidak perlu datang ke rumah kita. Kalo dibagikan mereka akan langsung makan dengan keluarganya, tapi kalo diundang mereka harus datang. 

Kembali ke pertanyaan diatas, lebih utama dikasih ke panti asuhan atau dibagikan ke tetangga? Kalo kita punya tetangga, yang paling berhak mendapatkan kebaikan kita adalah orang yang dekat sama kita yaitu kerabat dan tetangga kita. Terkadang kita sedekah kirim kemana-mana tapi tetangga sendiri ngga dapat. Untuk aqiqah, tetangga dan kerabat yang lebih berhak mendapatkan kebaikan dari kita. 

Jawaban diatas saya peroleh dari youtube yang mana video bisa anda lihat di link berikut: https://www.youtube.com/watch?v=hCw667EqkQI . 

Semoga apa yang kami posting kali ini bisa menambah wawasan anda terkait pelaksanaan aqiqah. Jika anda tinggal di wilayah Jabodetabek dan punya niatan aqiqah dalam waktu dekat bisa menggunakan jasa kami. Telp: 0818-064-50-434 (ridwan) untuk daftar harga dan pemesanan. Testimoni yang pernah menggunakan jasa kami bisa lihat di akun IG: layananaqiqahsejabodetabek .